Jumat, 16 Mei 2008

Rawa Gambut di Abdya Hancur

Puluhan ribu hektar hutan rawa gambut di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) terancam hancur dan hilang tanpa bekas karena beralih fungsi menjadi lahan perkebunan Kelapa Sawit.
Hutan yang seharusnya mendapat perlindungan dari pemerintah itu berada di wilayah Babahrot dan Kuala Batee. Rawa gambut yang dikenal dengan nama rawa lama tuha itu berada di wilayah pesisir.
Para pakar lingkungan menyebut Lahan/rawa gambut memberi fungsi - fungsi ekologi yang sangat penting diantaranya tempat penyimpanan air, perlindungan badai dan pencegahan banjir, selain itu berfungsi sebagai wadah pengisian air tanah (pergerakan air tanah dari lahan basah ke daerah atasnya.
Lahan gambut juga berfungsi sebagai tempat pemurnian air, penahan/pengumpul nutrien dan sedimen serta bahan-bahan berpolusi. Fungsi lain adalah memberikan satabilitas kondisi iklim lokal, khususnya curah hujan dan temperatur.
Namun semua fungsi hutan rawa gambut itu berangsur hilang karena lahan telah berubah fungsi. Pengentasan Kemiskinan menjadi dalih pemerintah daerah setempat untuk membuka sekitar 21 hektar yang kabarnya akan diberikan kepada rakyat.
pembukaan areal rawa tersebut juga melibatkan rakyat diwilayah itu, sekitar 117 kelompok tani kini menebangi hutan untuk menjadikan areal tersebut menjadi kebun kelapa sawit.
Anggota DPD RI Asal Aceh, Adnan NS yang dihubungi Minggu (11/5) kemarin mengaku prihatin karena beralihnya fungsi hutan rawa gambut tersebut, karena kata dia selain fungsi ekologi yang hilang, beberapa satwa langka seperti lutung ekor panjang, harimau sumatra, beruang madu, serta beberapa jenis burung langka yang menjadikan rawa lama tuha tersebut sebagai "rumah" juga akan punah karena habitatnya hilang.
Menurut Adnan NS, Lahan basah seperti rawa gambut dilamatuha itu memiliki nilai estetika, dapat menjadi lokasi yang menarik untuk rekreasi. " Banyak lahan basah yang menyimpan misteri ilmu pengetahuan sehingga menarik untuk digunakan sebagai lokasi penelitian, termasuk kegiatan pendidikan. Bila itu hancur maka Abdya tidak memiliki lagi tempat lain, karena itu satu-satunya tempat yang ada," kata Adnan.
Menurut Adnan kehancuran rawa tersebut akan berdampak pada perubahan iklim global, karena tidak ada lagi wadah untuk menyerap dan menyimpan karbon, Kata Adnan fungsi sebagai pengendali lepasnya karbon ke udara yang berkaitan langsung pengendalian iklim global tidak ada lagi.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya kata Adnan seharusnya jangan berfikir sempit, masih ada alternatif lain untuk mengentaskan kemiskinan, misalnya saja mengoptimalkan fungsi lahan terlantar yang masih luas di Abdya. "Bila masalahnya kurangnya sarana irigasi pemerintahkan bisa membuatnya," kata Adnan.
Alternatif lain untuk mengentaskan kemiskinan dengan cara eksplorasi bahan tambang berupa biji besi, "Di Abdya jumlahnya besar, Pemerintah bisa membuat pertambangan rakyat yang melibatkan masyarakat banyak, saya yakin kemiskinan akan menurun," kata Adnan

Tidak ada komentar: