Kamis, 06 Desember 2007

Masih Ada air mata Di Singgahmata

Singgahmata adalah nama sebuah pengunungan di wilayah Kabupaten Nagan Raya, diwilayah itu juga sebuah kemukiman tumbuh sejak ratusan tahun silam, tidak ada ada catatan kapan kemukiman yang bernama Beutong Ateuh itu hadir, namun kini sekitar 3.000 jiwa hidup di wilayah dengan lahan pertanian yang subur tersebut.

Beutong berada dibatas Kabupaten Nagan Raya dan Takengon Aceh Tengah, meski secara administasi kawasan itu tunduk ke Kabupaten Nagan Raya, namun warga disana lebih senang ke Takengon, alasannya sederhana. Takengon lebih mudah dijangkau, hanya satu jam perjalanan darat menuju kota dingin di Aceh itu.

Sementara jarak tempuh menuju Jeuram sebagai pusat administasi kabupaten Nagan Raya sekitar satu jam setengah atau 90 menit. itu pun bila kondisi jalan tidak longsor. Bagi warga tingginya pengunungan singgahmata adalah alasan utama menomor duakan Nagan Raya. Puncak Gunung Singgahmata tingginya kira-kira 3.000 meter dari permukaan laut.

Alasan lain mengapa Nagan dinomor duakan karena bantuan untuk pembangunan untuk Beutong Ateuh sering "habis" di tengah pengunungan, yang dibangun disini hanya sisanya saja," kata seorang warga.

Wilayah Beutong Ateuh dengan sebuah sungai di lembah singgahmata itu lebih dikenal dengan karena sebuah tragedi pembunuhan Ulama karismatik Aceh Tgk Bantaqiah dan 52 santrinya pada Jumat 23 Juli 1999. Peristiwa kemanusiaan itu telah membuat kesedihan warga diseluruh dunia, dan hingga kini otak pelakunya belum juga terungkap.

Tragedi kemanusian itu telah membuka mata seluruh dunia, namun perhatian kepada beutong Ateuh dengan kehidupan warganya yang sederhana itu belum seluruhnya berubah, meski status Kemukiman dengan empat desa tersebut memang sudah menjadi kecamatan persiapan, namun mayoritas rumah disana masih beratap daun rumbia, hanya beberapa rumah saja yang kondisinya baik, itupun masih jauh dari kesan sehat.

Lantas pedulikah anda pada Beutong Ateuh

Tidak ada komentar: