Senin, 10 Desember 2007

TUJUH TAHUN LIMA PULAU TENGGELAM

Bencana alam yang terjadi di Aceh dan pemanasan global yang melanda bumi serta abrasi pantai telah mengakibatkan lima pulau di Gugusan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil tenggelam.

Sebuah lembaga penelitian yang bergerak pada lingkungan kelautan melaporkan lima pulau lainnya juga akan tenggelam. "Pulau-pulau itu akan tenggelam, tinggal menghitung hari saja," kata Tajuddin, Ketua Aceh Ocean Coral (AOC) di Banda Aceh. Senin (10/12) siang

Gugusan Kepulauan Banyak dengan luas sekitar 138 kilometer bujur sangkar itu merupakan gugusan kepulauan yang berada di Samudera Indonesia, atau sekitar 58 Kilometer dari Singkil, Ibukota Kabupaten Aceh Singkil.

Menurut Tajuddin Penelitian November hingga Desember menemukan fakta bahwa penyebab kelima pulau tersebut tenggelam karena peristiwa gempa yang menurunkan permukaan daratan pulau-pulau tersebut.

Namun penyebab utama pulau-pulau tersebut kini menjadi samudera raya karena pemanasan global yang telah menaikkan muka air laut. "Satu contohnya tenggelamnya pulau Sianjai, itu bukan kerena gempa namun semakin tingginya permukaan air laut," ungkap Tajuddin

Pulau Sianjai menurut Tajuddin tenggelam dua tahun sebelum bencana gempa dan tsunami terjadi, "jadi bukan kerena gempa, namun karena permukaan air laut yang kian tinggi," sebut Tajuddin.

Kelima pulau yang tenggelam dalam tujuh tahun terakhir adalah, Pulau Malelo, Pulau Sikandang Kecil, Pulau Kucing, Pulau Gosong Sianjai dan Pulau Jawi- Jawi.

Sementara lima pulau yang kini terancam tenggelam adalah Madang Kati, Madang Besar, Pulau Ujung Tapus dan Rangit Kecil.

Para aktifis lingkungan juga menemukan rig pengeboran milik Perusahaan Santa Fe asal Amerika yang melakukan pengeboran di Pulau Gosong Sianjai pada tahun 1970-1972.

Dalam gugusan pulau banyak jumlah pulau di wilayah itu berjumlah 99 pulau besar dan kecil, pulau-pulau yang tenggelam tadi masuk dalam kategori pulau kecil, "Bila dibandingkan dengan pulau balai atau Pulau Nibong memang pulau tersebut kecil," ungkap Tajuddin

Namun menurut Tajuddin seperlima luas Pulau Balai sendiri sudah tenggelam, "ini sudah sangat menghawatirkan," kata Tajuddin

Di Pulau Balai kini di huni sekitar 3.500 warga dari berbagai etnis, sementara di Pulau Nibong kini didiami sekitar 3000 an warga. "dipulau lain juga ada, namun dua pulau itu yang dominan di huni warga," kata Tajuddin.

Aktifis lingkungan itu juga menyebut, kondisi warga paska bencana tsunami dan gempa yang terjadi 26 Desember 2004 dan bencana gempa dahsyat 28 Maret 2005 atau dikenal dengan bencana gempa nias sangat memprihatinkan.

Tajuddin menyebut selama ini perhatian pemerintah, NGO, Lembaga PBB sangat minim pada wilayah itu. "Semoga kedepan wilayah yang terisolasi itu menjadi wilayah prioritas bantuan,"Harap Tajuddin

Tidak ada komentar: